Selasa, 11 Juni 2013

Tanaman Obat Tradisional dan Manfaatnya

MAHKOTA DEWA
Senin, 21 Desember 2009 04:23:38 - oleh : admin
Salah satu jenis tanaman obat yang popular dan telah banyak dimanfaatkan adalah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa ), namun kebanyakan orang hanya mengenal nama, tetapi tidak mengenal bentuk fisik pohon dan buahnya. Karena penasaran, penulis mencari referensi lewat internet mengenai Mahkota Dewa.

NAMA DAERAH 
Simalakama (Melayu), makutadewa, makuto mewo, makuto ratu, makuto rojo (Jawa). 
NAMA ASING - NAMA SIMPLISIA 
Phaleriae Fructus (buah mahkota dewa). Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.)Sinonim : P. papuana Warb. var. Wichnannii (Val.) Back. Familia : Thymelaeaceae Nama Lokal : Nama daerah: Simalakama (Melayu), makutadewa, makuto mewo, makuto ratu, makuto rojo (Jawa).
Mahkota dewa bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Menilik nama botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan tanaman ini populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya. Di sana memang bisa ditemukan tanaman ini.
Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dpl. Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm.

Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih, dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecokelatan. Perbanyakan dengan cangkok dan bijinya.

SIFAT DAN KHASIAT
Buah berkhasiat menghilangkan gatal (antipruritus) dan antikanker. Biji beracun. Kulit buah dan daging buah digunakan untuk disentri, psoriasis, jerawat. Daun dan biji digunakan untuk pengobatan penyakit kulit seperti eksim dan gatal-gatal.

KANDUNGAN KIMIA
Daun mahkota dewa mengandung antihistamin, alkoloid, saponin dan polifenol (lignan). Kulit buah mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid.
Indikasi

BAGIAN YANG DIGUNAKAN
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun; daging dan kulit buahnya. Daun dan kulit buah bisa digunakan segar atau yang telah dikeringkan, sedangkan daging buah digunakan setelah dikeringkan.
CONTOH PENGGUNAAN DI MASYARAKAT
1. Disentri
Rebus kulit buah mahkota dewa yang sudah dikeringkan (15 g) dengan dua gelas air sampai mendidih selama 15 menit. Setelah dingin, saring dan minum airnya sekaligus. Lakukan 2--3 kali dalam sehari.
2. Psoriasis
Belah buah mahkota dewa segar (tiga buah), bijinya dibuang, lalu iris tipis-tipis dan jemur sampai kering. Rebus simplisia ini dengan satu liter air dengan api besar. Setelah mendidih, kecilkan api dan rebus sampai airnya tersisa seperempatnya. Setelah dingin, saring dan minum airnya sehari dua kali, masing-masing separuhnya. Jika timbul gejala keracunan, turunkan dosis atau hentikan penggunaannya.
3. Eksim, gatal-gatal
Cuci daun mahkota dewa segar secukupnya, lalu giling sampai halus. Tempelkan pada bagian yang sakit, lalu balut. Ganti 2--3 kali dalam sehari.

CARA PEMAKAIAN
Belum diketahui dosis efektif yang aman dan bermanfaat. Untuk obat yang diminum, gunakan beberapa irisan buah kering (tanpa biji). Selama beberapa hari baru dosis ditingkatkan sedikit demi sedikit, sampai dirasakan manfaatnya. Untuk penyakit berat seperti kanker dan psoriasis, dosis pemakaian kadang harus lebih besar agar mendapat manfaat perbaikan. Perhatikan efek samping yang timbul.

Hasil penelitian (Vivi Lisdawati,2003) menunjukkan bahwa bioaktivitas ekstrak buah mahkota dewa dengan metode BSLT yang dilanjutkan dengan uji penapisan antikanker invitro terhadap sel leukemia 1210, menunjukkan toksisitas yang sangat tinggi dan potensial sebagai antikanker. Identifikasi senyawa kimia aktif dalam ekstrak buah mahkota dewa didapat senyawa lignan yang termasuk dalam golongan polifenol dan senyawa syringaresinol.
Tim penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia berhasil menemukan salah satu kegunaan tanaman Mahkota Dewa ( Phaleria Macrocarpa ), yaitu sebagai obat anti kanker.

Untuk mengolahnya jadi obat pun sangat gampang. Cuma dengan menyeduh teh racik terbuat dari kulit dan daging buah, cangkang buah, atau daunnya, bahan obat alami ini pun siap dipakai. Kalau enggak menghendaki rasa pahitnya, kita bisa sedikit bersusah payah mengolahnya menjadi ramuan instan. Rasanya ditanggung lebih sedap tanpa mengurangi khasiat.

Buah inilah bagian yang paling banyak digunakan sebagai obat alami, di samping daun dan batang. Dari ketiga bagiannya, yakni kulit dan daging buah, cangkang (batok biji), serta biji, yang dimanfaatkan umumnya kulit dan daging buah serta cangkangnya. Buah muda berwarna hijau dan yang tua berwarna merah cerah.

Cangkangnya memiliki rasa sepet-sepet pahit, lebih pahit dari kulit dan daging buah. Bagian ini juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi langsung karena dapat mengakibatkan mabuk, pusing, bahkan pingsan. Namun, setelah diolah, bagian ini lebih mujarab ketimbang kulit dan daging buah. Ia dapat mengobati penyakit berat macam kanker payudara, kanker rahim, sakit paru-paru, dan sirosis hati.

Ada alasan mengapa biji mahkota dewa tidak dikonsumsi. Bijinya sangat beracun. Kalau mengunyahnya, kita bisa muntah-muntah dan lidah mati rasa. Karenanya, bagian ini cuma digunakan sebagai obat luar untuk penyakit kulit.
Sudah tentu untuk menjadikan daging buah atau cangkangnya sebagai obat, perlu pengolahan terlebih dulu. Bisa dijadikan buah kering, teh racik, atau ramuan instan. Namun, yang sering dilakukan adalah dengan menjadikannya teh racik dan ramuan instan.

Bagian lain yang bisa dijadikan obat adalah batang dan daun. Batang mahkota dewa secara empiris bisa mengobati kanker tulang. Sedangkan daunnya bisa menyembuhkan lemah syahwat, disentri, alergi, dan tumor.

Cara memanfaatkan daun adalah dengan merebus dan meminum airnya.
Tumbuhan dengan nama ilmiah Phaleria macrocarpa di kenal juga dengan nama simalakama (Melayu/Sumater), Makuto Dewo (Jawa). Tanaman ini berasal dari Papua dan sudah terkenal berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti: Diabetes Mellitus, Kanker dan Tumor, Hepatitis, Rematik dan Asam urat

1. Diabetes Mellitus

Pengobatan: Minum air rebusan

Cara membuat:
Ambil 5-6 buah mahkota dewa, iris dan cuci bersih. Rebus bahan dalam 5 gelas air, biarkan rebusan hingga air tersisa 3 gelas Saring air rebusan, minum 3 kali sehari (masing-masing 1 gelas)






2. Kanker dan Tumor


Pengobatan: Minum air rebusan


Cara membuat:


Campur 5 gram daging buah mahkota dewa kering dengan 15 gr temu putih, 10 gr sambiloto kering dan 15 gr cakar ayam kering, cuci bersih semua bahan.
Rebus semua bahan dalam 5 gelas air, biarkan rebusan hingga air tersisa 3 gelas
Saring air rebusan, tunggu sampai dingin dan minum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Ramuan diminum 1 jam sebelum makan






3. Hepatitis


Pengobatan: Minum air rebusan


Cara membuat:


Campur 5 gram daging buah mahkota dewa kering dengan 15 gr pegagan, 10 gr sambiloto kering dan 15 gr daun dewa, cuci bersih semua bahan.
Rebus semua bahan dalam 5 gelas air, biarkan rebusan hingga air tersisa 3 gelas
Saring air rebusan, tunggu sampai dingin dan minum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas.






4. Rematik dan Asam urat


Pengobatan: Minum air rebusan


Cara membuat:


Campur 5 gram daging buah mahkota dewa dengan 15 gr akar sidaguri, 10 gr sambiloto kering, cuci bersih semua bahan. Rebus semua bahan dalam 5 gelas air, biarkan rebusan hingga air tersisa 3 gelas. Saring air rebusan, tunggu sampai dingin dan minum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Ramuan diminum 1 jam sebelum makan






Budidaya Mahkota Dewa Menanam mahkota dewa cukup mudah, perbanyakan tanaman ini bisa ditanam dari biji atau hasil cangkokan. Meski penanamannya bisa di dalam pot atau langsung di tanah, pertumbuhannya akan lebih baik bila ditanam di tanah. Tanaman dari biji biasanya sudah berbuah pada umur 10 - 12 bulan.






Catatan :


Penggunaan tanaman obat harus berdasarkan asas manfaat dan keamanan. Jika bermanfaat untuk penyembuhan penyakit, tetapi tidak aman karena beracun, harus dipikirkan kemungkinan timbulnya keracunan akut maupun keracunan kronis yang mungkin terjadi.Bagian buah, terutama bijinya berracun. Jika buah segar dimakan langsung, bisa menyebabkan bengkak di mulut, sariawan, mabuk, kejang, sampai pingsan. Menggunakan dengan dosis berlebihan dalam waktu lama bisa menimbulkan efek samping, seperti sakit kepala kronis. Ibu hamil dilarang minum tanaman obat ini.





Bidara Upas (Merremia mammosa (Lour.) Hall.f.)





Saat ini tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat secara alami terus meningkat, terbukti dari semakin menyebarnya pengobatan alternatif yang memanfaatkan tanaman sebagai obat. Salah satu jenis tanaman yang digunakan dalam ramuan obat adalah bidara upas, yang bermanfaat untuk menjaga dan mengobati gangguan kesehatan.


Konon, tumbuhan ini berasal dari Filipina dan bisa tumbuh di daerah tropis pada ketinggian 1-250 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini tumbuh dengan membelit atau memanjat pada lanjaran, panjang bisa mencapai 3 - 6 m. Ciri morfologi bidara upas batangnya kecil dan berwarna agak gelap.


Daunnya tunggal, bertangkai panjang, berbentuk jantung dengan tepi rata dan ujung meruncing berwarna hijau tua. Umbi berkumpul di dalam tanah mirip ubi jalar, kulitnya berwarna kuning kecoklatan, umbinya tebal dan mengeluarkan getah berwarna putih. Tanaman bidara upas dikenal dengan nama lain, di Jawa disebut widara upas atau blanar dan di Maluku dinamakan Hailale.


Dalam umbinya terdapat kandungan kimia seperti damar, resin, pati, zat oksidasi (getah), dan zat pahit. Kandungannya kimia tersebut dapat digunakan sebagai anti radang, menghilangkan rasa sakit, menghilangkan bengkak, sebagai pencahar, menetralkan racun, dan penyejuk. Umbinya bisa dimanfaatkan sebagai obat luar dan dalam. Untuk pengobatan luar, biasanya umbinya diparut menjadi bubur dan dibalurkan ke bagian tubuh yang sakit.


Khasiat dan cara pembuatan ramuan obat


Bidara upas bermanfaat untuk mengobati radang tenggorokan, TBC, radang saluran pernapasan, radang amandel, radang paru-paru, radang usus buntu, batuk rejan, batuk kering, difteria, disentri, kencing batu, diabetes/kencing manis, melancarkan ASI dan kudis.


Cara pemakaian bidara upas untuk pengobatan batuk. Gunakan sekitar 100 gram umbi bidara upas segar, dicuci lalu diparut, tambahkan gula batu secukupnya, kemudian disaring dan airnya diminum.


Untuk mengobati batuk kering, gunakan 30 gram umbi bidara upas yang masih segar, dicuci dan diparut, tambahkan 2 sendok makan air masak lalu disaring, tambahkan 1 sendok makan madu, aduk kemudian diminum.


Bila mengalami suara serak, gunakan 30 gram umbi bidara upas segar, dicuci, dipotong-potong tipis lalu dikunyah. Lakukan 3 - 4 kali sehari.


Untuk pengobatan TBC paru, panduan Prof HM Hembing Wijayakusuma menyebutkan, ramuannya terdiri atas sebanyak 30 gram umbi bidara upas ditambah 10 gram daun patikan kebo, dan 10 gram daun kumis kucing, direbus dengan 400 cc hingga airnya tersisa 200 cc. Air rebusannya diminum setiap malam. Sedangkan untuk mengatasi muntah darah, sebanyak 60 gram umbi bidara upas segar dicuci dan diparut. Airnya disaring sampai terkumpul 150 cc dan diminum.


Untuk diabetes atau kencing manis, gunakan 100 gram umbi bidara upas segar dicuci bersih, diparut, lalu peras dan akhirnya diminum setiap pagi, 1/2 jam sebelum makan.


Bila mengalami kencing batu, gunakan 30 gram umbi bidara upas, dipotong-potong, tambahkan 10 gram daun kumis kucing, 15 gram daun keji beling, direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 150 cc, saring dan airnya diminum 2 kali sehari. Setiap kali minum 50 cc.


Guna melancarkan ASI, gunakan umbi bidara upas segar secukupnya yang telah dicuci bersih, diparut lalu dibalurkan di sekeliling payudara.


Untuk radang amandel, gunakan 40 gram umbi bidara upas, dicuci bersih lalu diparut, tambahkan air masak secukupnya lalu saring, tambahkan madu secukupnya kemudian gunakan untuk berkumur-kumur terus ditelan. Lakukan 6 - 8 kali sehari sebanyak 1 sendok makan.


Bila terkena radang usus buntu, gunakan 30 gram umbi bidara upas dicuci bersih lalu diparut dan dicampur dengan 1 sendok makan air gula, kemudian diperas dan disaring, airnya diminum. Lakukan 2 kali sehari.


Untuk mengobati disentri, gunakan 50 gram umbi bicara upas segar dicuci bersih potong-potong dan tambahkan gula merah secukupnya direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 100 cc, saring dan airnya diminum sedikit demi sedikit. Lakukan 2 kali sehari secara teratur.


Pemakaian umbi untuk pengobatan dalam biasanya digunakan dengan cara diparut atau direbus. Air parutan atau rebusannya kemudian diminum.


Dengan besarnya manfaat bidara upas seperti yang telah disebutkan, maka pengembangan dan teknologi budidaya yang baik sangatlah menjadi prospek yang besar guna kemungkinan memenuhi permintaan pasar akan terus meningkat. Di pihak lain, jika dibandingkan dengan harga obat pabrik (industri farmasi) yang semakin meningkat, obat yang berasal dari tanaman obat (herba) relatif rendah namun dengan khasiat yang lebih manjur dan efek samping yang rendah. Bukan tidak mungkin bila khasiat dan harga jual tanaman obat ini dapat merambah pasar internasional asalkan dilakukan pengembangan budidaya dan penggalian penelitian lebih lanjut manfaat dari tanaman bidara upas.(*Ak/Wi)






BUAH SURGA


Menurut data WHO penderita diabetes cenderung meningkat, pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes di Indonesia 8,4 juta orang, pada tahun 2008 menjadi 14 juta orang, dan pada tahun 2030 diprediksi penderita diabetes dapat mencapai 21,3 juta orang. Meningkatnya kasus diabetes disebabkan oleh pola hidup yang jelek seperti pola makan (manis dan berminyak) dan jarang atau tidak pernah berolahraga.


Banyak solusi untuk mengatasi diabetes, diantaranya adalah dengan mengkonsumsi buah tin segar, solusi ini ditemukan pada tahun 200 sebelum Masehi. Buah tin (fig) menurut penelitian dari Harvard University telah dibudidayakan sejak 11.400 tahun lalu. Rasa buah tin yang manis ternyata mempunyai kelebihan tersendiri, buah tin rendah lemak, rendah sodium, rendah kalori dan bebas kolesterol sehingga sangat sesuai untuk penderita diabetes mellitus. Tin (Ficus carica L.) adalah buah-buahan yang mengandung zat sejenis alkalin yang mampu menghilangkan keasaman pada tubuh. Zat-zat aktif yang terdapat dalam buah tin adalah sejenis zat-zat pembersih yang bisa dipakai untuk mengobati luka luar dengan cara melumurinya. Unsur yang terkandung dalam buah Tin adalah karbohidrat, protein, dan minyak. Buah tin juga mengandung yodium, kalsium, fosfor, dan zat besi. Hasil penelitian lebih lanjut menyebutkan bahwa buah Tin termasuk buah yang dapat merangsang pembentukan hemoglobin darah, cocok sebagai obat penyakit anemia. Buah tin juga mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi.


Tin (Ficus carica L.) berasal dari Asia Barat, nama ini diambil dari bahasa Arab, buah tin atau buah ara termasuk kerabat pohon beringin. Banyak tumbuh didaerah pantai Balkan hingga Afganistan, kemudian berkembang di Australia, Cile, Argentina dan Amerika Serikat. Konon pohon ini disebut pohon kehidupan karena dapat tumbuh subur dan berbuah lebat ditengah terik matahari dan panasnya alam padang pasir. Sebagian orang percaya kalau buah tin adalah buah suci dari taman surgawi. Sedangkan literatur sejarah mencatat kalau buah tiin berasal dari Arab dan sudah ada semenjak 4000 tahun sebelum masehi. Sekarang pohon tiin telah banyak tumbuh dan dibudidayakan secara moderen di negara-negara Timur Tengah, daerah Mediterania bahkan di Indonesia.


Tin (Ficus carica L.) memiliki makna penting dalam konteks simbolik, religius, ekologis, nutrisi dan komersial. Daun Tin sering dipakai sebagai simbol modesty (kesederhanaan, kerendahan hati, kesopanan).yang mengiringi perjalanan wahyu Illahi dalam 3 ke Nabian hamba Allah. Menurut riwayat lainnya, Adam dan Hawa menutupi auratnya dengan daun-daun tin setelah kejatuhannya. Pohon Tin Keramat (the sacred Fig), Ficus religiosa, dianggap keramat oleh para pengikut Hinduisme, Jainisme dan Buddhis. Menurut legenda Siddharta Gautama duduk di bawah Pohon Bo (Bo Tree) ketika ia mengalami pencerahan. Tumbuhan ini tercantum dalam 3 kitab yakni Al Qur’an, Taurat dan Injil


Habitat tanaman tin berupa pohon perdu lebar, tumbuh hingga ketinggian 3-10 meter. Panjang daun 12-25 cm panjang dan lebar 10-18 cm dengan 3 atau 5 cuping. Panjang buahnya 3-5 cm dan biasanya berwarna hijau. Beberapa kultivar berubah warna menjadi ungu jika masak. Getah yang dikeluarkan pohon ini dapat mengiritasi kulit. Perbanyakan tanaman sangat mudah dengan cara dicangkok atau stek. Jarak tanam ideal 5x5 meter, pada usia enam bulan, pohon tin mulai berbuah. Berbuah sepanjang tahun alias tidak mengenal musim.


Dengan manfaatnya yang begitu banyak dan saat ini masih merupakan buah-buahan langka di Indonesia, sudah barang tentu memiliki peluang yang besar untuk dibudidayakan. Dari penelusuran, pohon tin baru di tanam di beberapa daerah di Indonesia, terutama di P. Jawa dan sebatas di lingkungan penggemar. Di antara varietas yang berhasil dikembangkan adalah Red Indonesia, Red Israel, Brown Turkey, tin ungu dan tin hijau. Menurut prakiraan ada sekitar 60 varietas tin di seluruh dunia.





KITOLOD


TANAMAN TERABAIKAN BERKHASIAT DAHSYAT





Oleh: Nunung Nurhadi, SP.






Tahukah anda tanaman ini? Yang pasti anda sering melihat tanaman ini diselokan atau tempat lembab lainnya. Terkesan sebagai tanaman yang tidak berguna. Tapi tahukah anda bahwa Kitolod ini sangat berkhasiat untuk penyembuhan gangguan mata (rabun, katarak, minus dan plus) dan kanker?


Secara ilmiah tanaman ini mempunyai nama ilmiah Isotoma longiflora atau Laurentia longiflora yang mengandung senyawa alkaloid yakni lobelin, lobelamin dan isotomin. Daunnya mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol. Getah tanaman mengandung racun, tetapi bagian tanaman lain memiliki efek antiradang (antiflamasi), antikanker (antineoplasmik), menghilangkan nyeri dan menghentikan pendarahan.


Menurut Prof.(HC) Dr. H.W. Isnandar, seorang pakar TOGA pimpinan Jamu Dayang Sumbi, kita dapat menggunakan bunga segar kitolod untuk pengobatan mata mulai dari rabun, katarak bahkan mata minus dan plus. Hanya dengan mengambil bunga kitolod yang masih segar, kemudian dimasukkan kedalam segelas air putih, gelas ditutup dan dibiarkan 5 menit kemudian digunakan untuk merambang atau merendam mata. Hal ini dilakukan tiap hari sampai sembuh. Selain bunganya, di beberapa daerah juga digunakan beberapa daun kitolod yang telah dipotong pucuknya, kemudian di celupkan dalam segelas air bersih dan digunakan untuk menetesi mata. Mata akan terasa sangat pedih, tetesi terus sampai rasa pedihnya berkurang dan hilang.


Perlu diingat, baik bunga maupun daun kitolod yang digunakan haruslah benar benar bersih. Disarankan untuk menggunakan daun atau bunga kitolod yang dibudidayakan, atau tidak mengunakan tanaman ki tolod yang berasal dari tempat yang kotor yang pada akhirnya justru akan memperparah penyakit mata kita.


Prof. DR (HC) H. W. Isnandar menyebutkan bahwa kitolod juga merupakan tanaman penting dalam menyembuhkan kanker. Berikut adalah ramuan untuk menyembuhkan penyakit kanker :


Ada 4 bahan yaitu :


Bahan I :


- Tumbuhan Kitolod 7 tangkai (dari akar hingga daun)


Ø Lempuyang 7 tangkai (dari akar hingga daun)


Ø Kesambi (Inbau) 7 pucuk daun


Ø Benalu teh 7 lembar (yang basah)


Ø Benalu cengkeh 7 lembar (yang basah)


Ø Benalu coklat 7 lembar (yang basah)


Cara membuat :


Ø Rebus semua bahan dengan air sebanyak 3 gelas hingga mendidih, sisakan hingga 2.5 gelas. Setelah dingin peras dan ambil airnya saja, sisihkan.


Bahan II :


Ø Kunir putih 2.5 kg


Ø Bangle 0.5 kg


Ø Lempuyang 0.5 kg


Cara membuat :


Semua bahan diparut lalu diperas tanpa tambahan air. Sisihkan setengah jam untuk diambil sarinya saja, sedangkan kanji yang tersisa di bagian bawah dibuang.


Bahan III :


Ø Biji Kedawung 0.25 kg


Cara membuat :


Ø Goreng kedawung tanpa minyak (sangrai) hingga mekar dan buang kulitnya.


Ø Kemudian tumbuk dan ayak halus, sisihkan.


Bahan IV :


Ø Paku bumi 2 cm


Ø Jamurkayu 1 keping selembar telapak orang dewasa


Cara membuat :


Parut kedua bahan tersebut lalu dicampur menjadi satu dengan bahan ketiga.


Cara buat seluruh bahan :


Ø Keempat bahan tersebut diatas dicampur menjadi satu lalu direbus hingga mendidih


Ø Tambahkan gula sebanyak 350 gram dan garam secukupnya


Ø Aduk hingga rata dan mengkristal (sampai kering)


Ø Angkat dan dinginkan


Ø Lalu ayak hingga halus


Cara pemakaian :


Campurkan 1 sendok makan ramuan diatas dengan 0.5 gelas air hangat sesuai dengan kebutuhan.

















Lidah Buaya (Aloe vera)
Aspek Manfaat dan Peluang Usaha
yang Menguntungkan






Oleh :
Ridwan Wardiana *)






Lidah buaya atau bahasa latin disebut dengan Aloe vera sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga masyarakat. Bentuknya yang unik, mirip tanaman kaktus, berduri, daunnya yang menjulur ke atas, kaku bagai lidah atau pedang yang tajam serta berlendir, membuat masyarakat mudah untuk mengingatnya

Saat ini mungkin hampir semua ibu-ibu atau pecinta tanaman mempunyai tanaman lidah buaya di pekarangan rumah mereka sebagai penghias kebun. Lidah buaya yang ditanam di depan rumah, selama ini kita mengetahui dapat dimanfaatkan sebagai penyubur rambut tetapi masih banyak juga khasiat lain yang terkandung pada tanaman ini. Selain itu Aloe vera juga dapat diolah menjadi berbagai makanan ataupun minuman menyehatkan ataupun beberapa produk kesehatan lain setelah melalui proses pengolahan.

Lidah buaya pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17, tanaman ini pada mulanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang ditanam sembarangan di pekarangan rumah. Paling hanya sesekali di manfaatkan sebagai obat luka bakar atau untuk mengatasi kebotakan. Baru pada dekade 1990-an tanaman ini mulai dilirik industri makanan, minuman dan kosmetik.

Di Indonesia daerah penghasil lidah buaya terbesar adalah daerah Kalimantan Barat, hampir 80% hasil panen dipasok untuk memenuhi kebutuhan industri lokal, sedangkan selebihnya diekspor. Sebagai gambaran Wong Coco, salah satu produsen aneka olahan minuman juga memperoleh bahan baku dari daerah tersebut.

Tanaman asal kepulauan Canary di Afrika itu tumbuh di berbagai daerah yang memiliki spektrum tumbuh dengan agroklimat beragam, yang terpenting adalah lokasi budidaya harus terbuka dan mendapat sinar matahari penuh. Secara umum tanaman ini tidak menghendaki kondisi lahan basah, atau tergenang air cukup lama. Ia menyukai daerah beriklim basah, bercurah hujan tinggi dan memiliki struktur tanah yang padat, PH tanah 5,5 – 6 dan sitem drainase yang baik.

Diseluruh dunia terdapat sedikitnya 350 jenis lidah buaya, mulai dari yang beracun sampai yang memilki nilai ekonomis, tetapi dalam perdagangan Internasional hanya 3 jenis lidah buaya yang dipakai, yaitu Aloe vera chinensis, Aloe vera berbadensis, dan Aloe vera ferox. Diantara ketiga jenis tersebut, yang paling banyak digunakan adalah jenis Aloe vera berbadensis karena tekstur pelepahnya yang keras, berisi dan tebal sehingga menguntungkan bagi industri karena diperoleh daging yang lebih banyak dan pengupasan kulitnya pun akan lebih mudah.

Perkenalan umat manusia dengan lidah buaya dimulai berabad-abad sebelum masehi. Hal ini dibuktikan dengan penemuan sebuah artefak dari tanah liat peninggalan bangsa Sumeria, dimana disebutkan lidah buaya sebagai obat pencahar. Bahkan ada yang percaya interaksi manusia dengan Aloe vera sudah berlangsung sejak abad 4000 tahun sebelum Masehi, dimana ditemukan adanya lukisan Aloe vera di dinding makam dan kuil raja-raja bangsa Mesir, bagi bangsa Mesir kuno, lidah buaya adalah sebagai tanaman keabadian.

Berbagai penelitian mengungkapkan, lidah buaya mengandung vitamin A, B2, B2, B3, dan E serta kaya asam amino yang mampu mencegah berbagai macam penyakit. Pengobatan dengan lidah buaya juga tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah pengobatan Arab, Yunani, India, dan China. Di China tanaman ini dipercaya ampuh sebagai obat awet muda, dan hasil penelitian terkini menyebutkan bahwa lidah buaya mampu memperbaiki sel kulit yang rusak. Ada juga yang menyebutkan khasiat tanaman ini untuk mengatasi impotensi. Seorang ahli farmasi Romawi bernama Pedianos Discorides membuat deskripsi lengkap tentang lidah buaya. Ia menyebutkan khasiatnya antara lain sebagai obat tidur, sembelit, memar, sakit mata, dan luka pendarahan.

Di Afrika, lidah buaya dipasang dipintu masuk setiap rumah dengan maksud ada harapan hidup yang panjang dan berjalan baik, ia juga sebagai jimat penolak bala dan kekuatan jahat. Selain itu para pemburu di Kongo selalu membaluri sebagian tubuh mereka dengan lidah buaya supaya binatang buruan tidak kabur lantaran mencium bau manusia. Gel lidah buaya juga dipakai anak-anak Kolombia untuk melindungi tubuh mereka dari sengatan serangga. Berbagai penelitian di Amerika, Rusia, Arab,India dan Jepang telah membuktikan keampuhan dari tanaman ini bagi kesehatan. Aloe vera potensial mengurangi kadar gula pasien diabetes, menekan pertumbuhan sel kanker bahkan menghambat pertumbuhan virus HIV

Selain memanjakan lidah, kebiasaan menkonsumsi lidah buaya mampu mencegah kanker karena kandungan acemannan yang berfungsi sebagai imunostimulator atau meningkatkan kekebalan tubuh. Sedangkan untuk mengatasi asma dapat meminum air rebusan dari campuran daging lidah buaya, bawang putih, dan sedikit gula batu. Demikian juga dengan meminum jus lidah buaya setiap hari dapat membantu memperlancar menstruasi bagi kaum wanita. Pemanfaatan lidah buaya tidak hanya berkhasiat untuk kesehatan saja, seiring dengan perkembangan zaman, banyak produk kecantikan yang tersedia di pasaran. Ada sabun muka, krim mata, obat creambath, sampai pelembab bibir dengan bahan baku Aloe vera.

Aloe vera banyak juga dimanfaatkan sebagai makanan dan minuman yang menyehatkan dengan harga yang terjangkau, diantaranya koktail yang diambil dari daging lidah buaya. Koktail ini dapat dibuat sebagai campuran minuman siap saji. Jenang atau dodol juga merupakan hasil olahan lidah buaya. Untuk mengolah 8 kg daging lidah buaya, perlu ditambahkan 3 kg tepung ketan, 2 kg tepung beras, 12 ltr santan, 3 kg gula pasir, 1 kg susu bubuk, 4 bungkus agar-agar dan pewarna hijau makanan secukupnya.

Selanjutnya adalah olahan berupa selai yang rasanya juga tidak kalah nikmatnya dengan selai nanas, ada juga teh lidah buaya yang dibuat dari pelepahnya. Produk ini bermanfaat membakar lemak tubuh dan menjaga tetap langsing, dan masih banyak lagi aneka olahan lainnya.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan membuat permintaan terhadap produksi lidah buaya terus bertambah. Di Amerika, Jepang, dan Australia, Aloe vera menjadi minuman yang ekslusif karena harganya yang mahal. Aneka olahan lidah buaya diekspor ke berbagai negara,volume ekspor per bulan adalah 4-5 kontainer atau setara 60-75 ton, padahal permintaan pasar ekspor mencapai 10-12 kontainer per bulan. Sayangnya permintaan ekspor yang besar belum mampu dipenuhi karena terbatasnya produksi. Permintaan pasar yang tinggi dilirik oleh kalangan pebisnis, baik industri rumah tangga maupun industri bermodal besar, oleh karena itu sekarang mudah ditemukan koktail lidah buaya ataupun olahan lainnya di pasaran. Tersedia juga dalam bentuk agar-agar, sekarang sudah tersedia mesin pengolah gel lidah buaya menjadi tepung supaya mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dari sinilah peluang pasar yang luas bagi para pecinta lidah buaya yang ingin mengembangkan kegemarannya terhadap tanaman ini agar menjadi suatu bisnis yang menjanjikan untung besar. Sehingga dari sini dapat kita mengetahui bahwa tanaman lidah buaya mempunyai peluang bisnis yang menggiurkan karena peluang pasar terbuka lebar.








Khasiat Buah Mangga









Setiap orang pasti mengenal buah ini. Bentuknya bulat, warnanya dagingnya kuning, warna kulitnya umumnya hijau, dagingnya juga ada yang bersemburat merah dan rasanya manis.






Buah ini tidak hanya disukai orang dewasa, tapi juga anak-anak. Mangga (Mangifera indica) adalah buah tropis. Ketika masih mentah (muda), buah ini pun banyak dicari untuk rujak dan dicari oleh wanita yang hamil.
Mangga adalah tanaman buah asli dari India. Namun kini, tersebar di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Tanaman Mangga bisa tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah dan berhawa panas. Tapi, ada juga juga yang bisa tumbuh di daerah yang memiliki ketinggian hingga 600 meter di atas permukaan laut.


Mangga memiliki banyak varietas. Ada yang menyebutkan, setidaknnya terdapat 2.000 jenis mangga di dunia. Selain rasanya yang manis dan menyegarkan, buah mangga ternyata juga memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan. Sebab buah ini mengandung zat-zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Khasiat mangga :

Para ahli meyakini mangga adalah sumber karotenoid yang disebut beta crytoxanthin, yaitu bahan penumpas kanker yang baik.

Mangga juga kaya vitamin antioksidan seperti vitamin C dan E. Satu buah mangga mengandung tujuh gram serat yang dapat membantu sistem pencernaan. Sebagian besar serat larut dalam air dan dapat menjaga kolesterol agar tetap normal.

Mangga memiliki sifat kimia dan efek farmakologis tertentu, yaitu bersifat pengelat (astringent), peluruh urine, penyegar, penambah napsu makan, pencahar ringan, peluruh dahak dan antioksidan.

Kandungan asam galat pada mangga sangat baik untuk saluran pencernaan. Sedangkan kandungan riboflavinnya sangat baik untuk kesehatan mata, mulut, dan tenggorokan.

Mangga pun berkhasiat membantu menyembuhkan berbagai penyakit, diantaranya radang kulit, influenza, asma, gangguan pengelihatan, gusi berdarah, radang tenggorokan, radang saluran napas, sesak napas dan borok. Selain itu juga bisa mengatasi bisul, kudis, eksim, perut mulas, diare, mabuk perjalanan, cacingan, kurang nafsu makan, keputihan, gangguan menstruasi, hernia dan rematik.

Cara Mengatasinya :

Untuk mengatasi radang kulit yang digunakan adalah kulit buah mangga. Caranya, 150 gram kulit buah mangga dimasak dengan air secukupnya hingga mendidih. Dalam kondisi hangat, air rebusan ini dipakai untuk mencuci bagian kulit yang mengalami sakit atau peradangan. Ramuan ini juga bisa digunakan untuk mengatasi eksim.

Penyakit influenza juga bisa diatasi dengan buah ini. Caranya, 200 gram daging buah mangga ditambah 10 gram jahe, dan dua batang daun bawang putih. Bahan-bahan ini direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 250 cc. Kemudian airnya disaring dan diminum selagi masih hangat.

Mereka yang biasa mabuk perjalanan juga bisa memanfaatkan mangga untuk mengatasinya. Caranya, mangga yang sebelumnya dikeringkan lalu direbus dengan air secukupnya. Setelah hangat, tambahkan madu secukupnya dan 10 cc air jeruk nipis lalu diaduk hingga rata. Selanjutnya ramuan ini diminum selagi hangat

Sumber: KabariNews.com/Pipit






MENGENAL LEBIH DEKAT MAHKOTA DEWA


Seri I


Dorongan tulisan ini muncul ketika saya selesai melaksanakan kegiatan interaktif yang disiarkan RRI Malang pada Hari Rabu, tanggal 20 Oktober 2010, jam 09.00 – 10.00 Wib, dalam acara “PESONA WANITA”. Melihat fenomena di masyarakat yang sebagian masih belum mengenal lebih dekat tentang mahkota dewa, maka perlu menyampaikan informasi tentang seluk beluk tanaman ini.


Kalau melihat dimasyarakat sebenarnya banyak sekali tanaman yang bisa dipergunakan, dimanfaatkan untuk kegiatan pengobatan baik secara langsung maupun tidak langsung, kendala yang paling klasik adalah masyarakat belum mengenal, belum tahu cara menggunakan, belum tahu, dosisnya, belum tahu pasca panennya dan masih banyak lagi kendala yang secara tidak langsung sebenarnya masyarakat sendiri yang kurang menyadari atau masih minim kesadarannya untuk memakai, mengunakan dan memanfaatkan kekayaan alam ini.


Untuk itulah tulisan ini mencoba menterjemahkan satu persatu mulai dari bagian – bagian tanaman, kesesuaian tempat, pemeliharaan, pemanenan, pasca panen hingga penggunaan / pemanfaatan tanaman itu sendiri.


Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl merupakan tanaman yang sosoknya berupa tanaman perdu, tajuknya bercabang-cabang, ketinggian tanaman ini bisa mencapai 2,5 meter, namun jika dibiarkan mencapai lima meter, umur tanaman ini mencapai puluhan tahun, tingkat produktivitas bisa sampai 10 hingga 20 tahun.


Tanaman mahkota dewa terdiri dari akar, batang, daun, bunga serta buah. Akarnya berupa akar tunggang bisa mencapai 100 cm, batang mahkota dewa kulitnya berwarna cokelat kehijauan, batangnya bergetah sehingga bila dicangkok sering mengalami kegagalan.


Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal, bentuknya lonjong langsing memanjang berunjung lancip, sekilas menyerupai bentuk daun jambu air, tetapi lebih langsing, warnanya hijau, daun tua berwarna lebih gelap daripada daun muda dengan panjang 7 – 10 cm, dengan lebar 3 – 5 cm.


Bunga mahkota dewa merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam kelompok 2 – 4 bunga, bentuknya seperti terompet kecil, ketika mulai berbunga aroma baunya harum, ukurannya kira – kira sebesar bunga tanaman cengkeh, bunga ini keluar sepanjang tahun atau tak kenal musim, tetapi paling banyak pada musim penghujan.


Ciri khas buah mahkota dewa bentuknya bulat seperti bola, dari sebesar bola pingpong sampai sebesar apel merah, penampilannya tampak menawan, merah menyala sehingga tampak merangsang selara untuk memakannya. Namun hati – hati karena memakan berarti harus siap – siap untuk merasakan mabuk atau pusing, karena bila mengkonsumsi buah ini baik langsung maupun tidak langsung dengan melebihi dosis maka akan merasakan mabuk. Buah mahkota dewa terdiri dari kulit, daging, cangkang dan biji.


Saat masih muda, kulitnya berwarna hijau seiring dengan perjalanan waktu maka buah berwarna merah marun dengan ketebalan sekitar 0,5 – 1 mm dengan daging buah berwarna putih, sedang ketebalan daging bervariasi, tergantung pada ukuran buah. Pengunaan kulit dan daging buah tidak dipisahkan sehingga kulit tidak perlu dikupas dulu seperti tanaman yang lain kalau mau dipakai. Saat masih muda rasa kulit dan daging ini sepet – sepet agak manis, jika dimakan akan menimbulkan bengkak dimulut, sariawan, mabuk bahkan keracunan. Buah mahkota dewa yang sudah tua biasanya daging buah mulai banyak berserat, sehingga bila diiris mengalami kesulitan, buah yang paling idial untuk digunakan adalah yang mendekati tua dan tidak terlalu muda.


Buah mahkota dewa yang sudah tua dan berwarna merah akan menyebabkan cangkang buah menjadi keras dan kuat sehingga bila disisir atau di iris mengalami kesulitan. Cangkang buah yang kuat adalah untuk melingungi biji dan berwarna putih, ketebalan bisa mencapai 2 mm, rasa cangkang buah sepet – sepet pahit, tetapi lebih pahit daripada kulit dan daging.


Tanaman ini sebenarnya adalah jenis tanaman yang sangat mudah beradaptasi walaupun berasal dari daratan Papua namun mampu hidup diberbagai kondisi baik dataran rendah sampai dataran tinggi yaitu pada ketinggian 10 – 1.200 meter dpl (dari permukaan laut), namun pertumbuhan paling baik adalah pada ketinggian 10 – 1.000 meter dpl.

Tanaman ini akan tumbuh subur jika ditanam pada lahan yang gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Namun penanaman bisa ditanam di dalam pot sesuai dengan keingginan atau selera penaman disamping itu bisa digunakan penghias halaman, atau ruangan yang akan memperindah suasana halaman.

Pada prinsipnya perbanyakan tanaman yang paling mudah dan tingkat resikonya kecil adalah dengan perbanyakan generatif, walaupun perbanyakan vegetatif pernah berhasil namun tidak sebaik yang perbanyakan dengan generatif. Perbanyakan dengan biji perlu melalukan persemaian terlebih dahulu, memperhatikan biji yang akan disemai, media untuk semai, cara merawat persemaian hingga biji mahkota dewa kelihatan muncul tunas baru.

Pemindahan ke media penanaman setelah berumur dua bulan atau ketinggiannya sudah mencapai 10 – 15 cm, cara memindahkannya jika persemaian dengan melubangi bagian bawah lalu dimasukkan ke lubang tanam, atau bila menaman pada media pot maka yang perlu dipersiapkan adalah media penanaman dulu.

Media penanaman di pot sama dengan penanaman di pekarangan atau kebun yaitu kompos atau pupuk kandang, pasir atau sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Setelah media tanam siap masukkan ke dalam pot yang sudah disiapkan kemudian siram media yang sudah dalam pot sampai basah, tunggu 1 – 2 jam, kemudia buatkan lubang kecil, seukuran polybag persemaian, masukkan benih yang sudah dipisahkan dari polybag, kemudian tekan kiri dan kanan siram dengan air lagi dan yakinkan bahwa tanaman sudah selesai ditanam.

Untuk mendapatkan mahkota dewa yang berkwalitas sebaiknya hindari pemupukan dengan menggunakan pupuk – pupuk anorganik, sebaiknya digunakan pupuk kandang (organik), bahan yang bisa dipakai untuk pupuk organik tidaklah sulit karena bahan – bahan itu sebenarnya sudah ada disekitar masyarakat seperti kotoran kambing, sapi, ayam, dan kotoran hewan lainnya serta daun – daun yang sudah kering.

Dalam melakukan pemanenan mahkota dewa, sebaiknya perhatikan dulu bagian apa yang akan dipanen, soalnya cara memanen setiap bagian tanaman mahkota dewa berbeda – beda sesuai dengan khasiatnya mulai dari penen daun sebaiknya dipilih daun yang masih segar dan tidak kena penyakit, daun dipanen sebaiknya yang cukup tua, cirinya bentuknya paling besar dibandingkan dengan daun lain. Sedangkan buah yang diambil sebaiknya yang sudah mulai merah dan tidak memiliki cacat sekecil apapun. Dianjurkan pemanfaatan kulit dan daging buah dengan cara merebusnya terlebih dahulu. Kulit dan daging buah juga termasuk tanaman yang paling sering digunakan untuk pengobatan.

Siapa lagi yang akan melestarikan warisan leluhur kita kalau bukan kita sendiri, siapa yang akan memanfaatkan potensi alam kita kalau bukan kita sendiri.


4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Sangat bermanfaat...
    Kalo boleh tau, apa ya nama simplisia dari tanaman kitolod ini? Untuk jawabannya, saya ucapkan terimakasih sblmnnya.
    Sblmnnya salam kenal ya ☺

    BalasHapus
  3. siiip. mohon informasi daerah / tempat tumbuh tanaman meremia mamosa.

    BalasHapus